Di Bali timbulnya perlawanan rakyat
melawan Belanda, setelah Belanda berulang kali memaksakan kehendaknya
untuk menghapuskan hak tawan karang. Hak tawan karang yakni hak bagi
kerajaan-kerajaan Bali untuk merampas perahu yang terdampar di pantai
wilayah kekuasaan kerajaan yang bersangkutan. Telah berulang kali kapal
Belanda hendak dirampas, namun Belanda memprotes dan mengadakan
perjanjian sehingga terbebas. Raja-raja Bali yang pernah diajak
berunding ialah Raja Klungklung dan Raja Badung (1841); Raja Buleleng
dan Raja Karangasem (1843). Akan tetapi, kesemuanya tidak diindahkan
sehingga Belanda memutuskan untuk menggunakan kekerasan dalam usaha
menundukkan Bali.
Dalam menghadapi perlawanan rakyat Bali,
pihak Belanda terpaksa mengerahkan ekspedisi militer secara
besar-besaran sebanyak tiga kali. Ekspedisi pertama (1846) dengan
kekuatan 1.700 orang pasukan dan gagal dalam usaha menundukkan rakyat
Bali. Ekspedisi kedua (1848) dengan kekuatan yang lebih besar dari yang
pertama dan disambut dengan perlawanan oleh I Gusti Ktut Jelentik, yang
telah mempersiapkan pasukannya di Benteng Jagaraga sehingga dikenal
dengan Perang Jagaraga I. Ekspedisi Belanda ini pun juga berhasil
digagalkan.
Kekalahan ekspedisi Belanda baik yang
pertama maupun yang kedua, menyebabkan pemerintah Hindia Belanda
mengirimkan ekspedisi ketiga (1849) dengan kekuatan yang lebih besar
lagi yakni 4.177 orang pasukan, kemudian menimbulkan Perang Jagaraga II.
Perang berlangsung selama dua hari dua malam (tanggal 15 dan 16 April
1849) dan menunjukkan semangat perjuangan rakyat Bali yang heroik dalam
mengusir penjajahan Belanda. Dalam pertempuran ini, pihak Belanda
mengerahkan pasukan darat dan laut yang terbagi dalam tiga kolone.
Kolone 1 di bawah pimpinan Van Swieten; kolone 2 dipercayakan kepada La
Bron de Vexela, dan kolone 3 dipimpin oleh Poland. Setelah terjadi
pertempuran sengit, akhirnya Benteng Jagaraga jatuh ke tangan Belanda.
Prajurit Bali dan para pemimpin mereka termasuk I Gusti Jelantik,
berhasil meloloskan diri.
Perlawanan rakyat Bali tidaklah padam.
Pada tahun 1858, I Nyoman Gempol mengangkat senjata melawan Belanda,
namun berhasil dipukul mundur. Selanjutnya, tahun 1868 terjadi lagi
perlawanan di bawah pimpinan Ida Made Rai, ini pun juga mengalami
kegagalan. Perlawanan masih terus berlanjut dan baru pada awal abad
ke-20 (1905), seluruh Bali berada di bawah kekuasaan Belanda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar